Selasa, 29 Maret 2011

COOPERATIVE LEARNING


Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam leingkungan keluarga,s ekolah danmasyarakat. Karen aitu pendidikan merupakan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Sudjono, 1989 : 25)
Fisika sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selalu dihadapkan pada kegiatan-kegiatan merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melakukan percobaan dan perhitungan-perhitungan yang disajikan secara sistematis. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Proses pembelajaran terjadi apabila ada interaksi antara guru dengan siswa. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran banyak tergantung dari bagaimana proses pembelajaran antara siswa dengan guru.
Praktek belajar konvensional yang cenderung mengacu pada pandangan behavioristik sudah saatnya ditinggalkan sama sekali. Hal ini disebabkan pembelajaran konvensional lebih merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dari pada berpusat pada kemampuan siswa. Padahal dalam tujuan pembelajaran diharapkan siswa memahami terhadap apa yang ia pelajari, sehingga dibutuhkan penetapan dan pengembangan metode atau strategi secara optimal agar mencapai hasil belajar yang diaharapkan.
Pada saat ini ada beberapa strategi pembelajaran yang berorientasi pad apandangan konstruktivistik yang berkembang, misalnya antara lain Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Cooperative learning adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran ini bertujuan untuk menekankan siswa melatih kemampuan sosial, yaitu kemampuan untuk saling bekerja sama saling memahami, saling berbagi informasi, saling membantu antar teman dalam kelompok, dan bertanggung jawab terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai tujuan kelompk.
Menurut Gerson (2002 : 113) banyak tipe yang digunakan dalam Cooperative Learninf antara lain : Jigsaw, Teams Games Tournaments (TGT), Belajar Bersama. Salah satu tipe yang disebutkan diatas adalah TGT dimana siswa setelah belajar kelompok didakan turnamen akademik. TGT akan menumbuhkan kerja sama dan bertanggung jawab siswa kepada kelompoknya. Mereka akan saling membantu untuk sukses bersama namun tetap mengakui keberhasilan individu.
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar antar siswa dan guru yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut pendapat Suridman (1991 : 1) bahwa pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan materi pelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar mengajar fisika memerlukan keaktifan dimana guru sebagai pelaksana dalam kegiatan yang harus dapat menimbulkan sikap kreatif. Oleh karena itu mengembangkan proses belajar yang diarahkan kepada kegiatan siswa aktif dan strategi guru di dalam proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar oleh siswa dan mengajar oleh guru untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu dalam mempelajari ilmu fisika. Strategi pembelajaran fisika yang berorientasi pada pandangan konstruktivistik yang berkembang, salah satunya adalah Cooperative Learning.
 
Model Cooperative Learning
Pembelajaran moddel Cooperative Learning pertama kali muncul dari para fillosof di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Anita Lie (2002 : 12), model Cooperative Learning atau disebut juga dengan pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur.
Gerson (2002 : 108) menyatakan didalam Cooperative Learning kelas disusun atas kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok biasanya terdiri dari empat siswa dengan kemampuan berbeda yakni tinggi, sedang dan rendah. Jika kondisi memungkinkan, dalam pembentukan kelompok hendaknya diperhatikan pola perbedaan suku, budaya dan jenis kelamin. Siswa tetap berfada dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Aktivitas siswa antara lain mengikuti penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi dan sebagainya. Agar pembelajaran dapat berkembang secara efektif, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok tugas anggota adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam Cooperative Learning penghargaan diberikan kepada kelompok.
Dari uraian di atas dapat dilihat ada beberapa karateristik dari Cooperative Learning, yakni sebagai berikut :
a.       Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil. Anggota-anggota kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi, yakni : tinggi, sedang dan rendah.  Jika mungkin dalam pembentukan kelompok juga diperhatikan perbedaan suku, budaya, jenis kelamin, latar belakang, sosial ekonomi dan sebagainya.
b.      Siswa dalam belajar kelompoknya secara kooperatif untuk menguasai materi akademis.
      Tugas anggota kelompok adalah saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
c.       Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Model kooperative Learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Selain itu model ini sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, selama berpikir kritis dan kemampuan membantu teman. Hasil penelitian Linda Lundgren (1994) dan Nur Dlak (1997) menunjukkan bahwa manfaat Cooperative Learning bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain :
1.      Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
2.      Rasa harga diri menjadi tinggi
3.      Memperbaiki sikap terhadap pelajaran di sekolah
4.      Memperbaiki kehadiran
5.      Angka putus sekolah menjadi rendah
6.      Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi semakin besar
7.      Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
8.      Konflik antar pribadi menjadi berkurang
9.      Pemahaman yang lebih mendalam
10.  Motivasi lebih besar
11.  Hasil belajar lebih tinggi
12.  Rekomsi lebih lama
13.  Meningkatkan perbaikan budi, kepekaan dan toleransi
Pada umumnya pembelajaran yang menggunakan Cooperative Learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3.      Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelaim yang berbeda-beda.
4.      Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu
Gerson (2002 : 113) mengemukakan dalam Cooperative Learning dikenal adanya beberapa macam tipe, diantaranya :
1.      Tipe Student Team Adiigvement Division (STAD)
2.      Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
3.      Tipe Team Assisteds Individualization (TAI)
4.      Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
5.      Tipe Jigsaw
6.      Belajar Bersama (Learning Together)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar